Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke posisi Rp16.195 pada perdagangan hari ini, Kamis (3/7/2025). Di sisi lain, greenback mengalami penurunan tipis sebesar 0,02%.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat sebesar 51,50 poin atau 0,32% menuju level Rp16.195 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS terkontraksi sebesar 0,02% ke 96,75.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas ditutup menguat. Yuan China mengalami penguatan 0,02% bersama dengan rupee India sebesar 0,49%. Pada saat bersamaan, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga menguat dengan persentase masing-masing 0,02% dan 0,20%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menyampaikan ada sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah. Dari eksternal, risiko geopolitik mereda secara signifikan setelah munculnya kabar mengenai kemungkinan gencatan senjata selama 60 hari dalam konflik Israel dan Palestina.
“Hal ini bersamaan dengan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Iran yang masih berlangsung,” ucap Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (3/7/2025).
Dia menyatakan pasar saat ini juga mencermati data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dirilis lebih awal dari biasanya karena libur Hari Kemerdekaan AS pada hari Jumat.
Baca Juga
Para ekonom memperkirakan ekonomi AS akan menambah sekitar 110.000 pekerjaan pada bulan Juni, turun dari peningkatan sebesar 139.000 pekerjaan pada bulan Mei. Data NFP merupakan indikator utama dalam menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Perkiraan tersebut muncul di tengah meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga, seiring dengan tanda-tanda pelemahan signifikan di pasar tenaga kerja.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyatakan kebijakan proteksionisme dan arah geopolitik AS di era pasca-Donald Trump menimbulkan turbulensi baru dalam perekonomian global.
“Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia [World Bank] dan IMF [International Monetary Fund] telah merevisi outlook pertumbuhan ekonomi berbagai negara, termasuk Indonesia sebagai respons atas tekanan global yang meningkat,” kata Ibrahim.
Bank Dunia, misalnya, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,10% pada Januari 2025, atau sebelum tarif Trump, menjadi 4,70% pada April 2025.
Sementara itu, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari level 4,9% pada Maret 2025 menjadi 4,7% pada Juni 2025, atau mengalami koreksi sebesar 0,2 poin.
Revisi tersebut mencerminkan kekhawatiran atas dampak lanjutan dari pelemahan perdagangan internasional, tekanan terhadap ekspor komoditas, penurunan arus investasi asing langsung (FDI), serta ketidakpastian geopolitik yang membebani pasar keuangan.
Di tengah kondisi tersebut, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di kisaran Rp16.140-Rp16.200 per dolar AS pada Jumat (4/7/2025).